AKSI NYATA TOPIK 1
"MERDEKA BELAJAR"
Wah… asik nih sekolah sekarang!
Boleh belajar boleh tidak! Melanggar aturan sekolah TIDAK dihukum, karena kita MERDEKA BELAJAR!
Kalimat-kalimat itulah yang sering terdengar diantara obrolah siswa saat mendengar adanya kebijakan baru atau perubahan kurikulum tentang penerapan konsep merdeka belajar di sekolah. Pandangan ini tidak sepenuhnya keliru tetapi BELUM TEPAT.
Jika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merdeka mempunyai makna bebas tidak terikat dan berdiri sendiri atau mandiri. Merdeka belajar mempunyai konsep belajar mandiri, tidak diperintah oleh guru atau orang tua. Siswa belajar secara mandiri karena belajar merupakan kebutuhan masing-masing.
Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajardan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat psds konten mata pelajaran. Lalu apa saja komponen-komponen dalam kurikulum merdeka?
Ki Hajar Dewantara mengartikan manusia merdeka yaitu manusia yang bersandar pada kekuatan dirinya sendri tidak bergantung kepada orang lain. Berikut beberapa hal penting dalam pemahaman merdeka belajar diantaranya
1. Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik
Sebagai Pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri.
Untuk mengawali dalam mengenali diri dan perannya sebagai seorang pendidik terlebih dahulu kita refleksi terkait bagaimana perjalanan kita sebagai pendidik. Mengapa memutuskan menjadi pendidik? Bagaimana perjalanan perjuangan sehingga akhirnya sampai pada profesi guru?
Salah satu langkah awal kita sebagai pendidik adalah bagaimana memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar. Apa yang perlu kita selaraskan agar bisa menjadi pendidik yang relevan dengan konteks zaman?
Murid-murid kita memang sudah jauh berbeda dengan kita. Namun, mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik. Sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara jika pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
2. Mendidik dan Mengajar
Mendidik dan mengajar itu berbeda, tetapi keduanya saling membantu, dan saling mendukung. Contohnya mendidik, kita sebagai guru atau pendidik. Kita harus mendidik anak-anak kita supaya berbicara jujur, baik, tolong menolong sesama orang lain, sopan santun terhadap guru dan orang lain. Sedangkan mengajar, kita harus mengisi ilmu-ilmu pembelajaran, mengisi konsep-konsep dalam pembelajaran, dan menerangkan ilmu pembelajaran. Jadi mendidik dan mengajar itu berbeda.
Jadi kita sebagai guru atau pendidik. Kita memiliki ajaran mendidik dan mengajar yang berbeda beda. Kalau menurut saya. Mendidik dan mengajar anak sd harus percaya diri, kita harus kreatif dalam mengajar, bisa mengkondisikan kelas, harus menarik, dan tidak boleh kaku
3. Mendampingi Murid Dengan Utuh dan Menyeluruh
Sebagai guru harus bisa mendampingi siswa-siswinya dengan utuh dan menyeluruh. Hal ini karena guru berperan sebagai pengganti orangtua saat di sekolah. Membimbing dan mendidik siswa agar berkepribadian Pancasila sudah selayaknya ditanamkan oleh guru. Membimbing dan mendidik siswa juga harus menyesuaikan dengan kodrat perubahan zaman pada murid.
4. Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti
Menumbuhkan Budi Pekerti bersama Ki Hajar Dewantara
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐩 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐮𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐊𝐢 𝐇𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 (𝐊𝐇𝐃) 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐦𝐚𝐣𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐫𝐝𝐞𝐤𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚. 𝐀𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐚𝐬-𝐥𝐮𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐭𝐮𝐡. 𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐫𝐚𝐠𝐚, 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐭𝐢𝐧. 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐩 𝐊𝐇𝐃 𝐡𝐚𝐥 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐛𝐮𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐤𝐞𝐫𝐭𝐢.
Pemikiran KHD sangat relevan dengan kondisi pendidikan saat ini. Pendidikan yang tidak sekadar mementingkan kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Tidak hanya mengejar deretan angka tetapi juga kedalaman budi. Pendidikan yang tidak berorientasi pada hasil melainkan proses pendidikan itu sendiri.
Budi adalah ranah batin yang meliputi tri sakti yaitu pikiran, rasa, dan kemauan. Kita lebih sering mendengarnya sebagai cipta, rasa, dan karsa. Pekerti adalah ranah lahir yang mewujud tenaga. Dengan kata lain, budi pekerti merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti).
Kecerdasan berpikir murid harus dapat mengembangkan budi pekerti atau watak murid yang tidak hanya diberntuk di sekolah, tetapi dalam keluarga dan lingkungannya.
5. Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaaan
Perlu diketahui bahwasanya perspektif dari seorang pendidik dan murid tidak selalu sama. Tidak jarang murid merasakan kebalikan dari apa yang dirasakan oleh pendidik.
Agar dapat menciptakan pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan pada siswa, sebagai pendidik sebaiknya tidak hanya memberikan informasi atau pengetahuan tentang materi yang diajarkan saja. Namun juga dapat dengan memberikan pemahaman kepada murid dan melihat dari sudut pandang murid. Oleh karena itu, dalam menilai perspektif murid, pendidik sebaiknya menggunakan instrumen yang melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dan pengalaman belajarnya.
Pendidikan akan berjalan dengan baik jika setiap pendidik memiliki pemahaman bahwa pendidikan hanyalah sebagai tuntunan bagi murid agar selamat dan bahagia sesuai dengan kodratnya.
Dalam proses menuntun atau mengembangkan potensi diri siswa, pendidik memberikan kebebasan kepada siswa mengeksplorasi kemampuan dengan bimbingan dan arahan yang tepat dari pendidik agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Proses ini akan mendorong anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi formulir dengan klik link ini sebagai umpan balik dalam kegiatan aksi nyata “Menyebarkan Pemahaman tentang Merdeka Belajar”